Konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang
yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya
. Menurut Broadweel, 1983 konflik peran merupakan tidak adanya kesesuaian
harapan peran.
Macam-macam
konflik peran :
v Konflik antarperan (inter-role conflict)
Contoh : Seorang wanita yang mempunyai peran menjadi seeorang ibu
rumah tangga dan seeorang perawat.
v Konflik dalam peran (intra-role conflict)
Disebabkan ketidakjelasan perilaku yang diharapkan dari posisi
tertentu.
Elemen
konflik peran pribadi:
1.
Intersender
conflict adalah konflik yang terjadi akibat perbedan
persepsi tipe kepribadian.
2.
Intrasender
conflict adalah
konflik akibat pelimpahan tugas diluar tanggung jawab dan wewenang
3.
Person role's conflict
adalah konflik peran, tugas, wewenang yang tidak sesuai keinginan.
4.
Interroles conflict
adalah konflik persaingan antar sesama.
Role Strain
Merupakan harapan –
harapan yang bertentangan dalam satu peran tang sama, yang disebabkan karena
peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang
berbeda.
Konflik Peran Gender
Peran gender merupakan
suatu set perilaku yan diharapkan (norma-norma) untuk laki – laki dan
perempuan. Bervariasinya peran gender di antara berbagai budaya serta jangka
waktu menunjukkan bahwa budaya memang membentuk peran gender kita (Myers 1996).
Konflik peran gender
merupakan suatu keadaan psikologis, dimana sosialisasi peran gender memiliki
konsekwensi negatif terhadap orang tesebut ataupun orang lain (O’Neil,Good dan
Holmes 1995).
Kondisi
yang menimbulkan konflik peran gender
·
Dominasi laki – laki pada
masyarakat ini tampil dalam norma – norma yang dijalani. Laki – laki pada
masyarakat ini yang membentuk kelompok kekerabatan, memiliki hak bicara dan
memutuskan dalam permasyalahan adat. Peran sebagai laki laki ini disosialisasikan
dengan ketat , dari orang tua kepada anak – anaknya, demikian dengan institusi
– institusi yang ada, seperti kelembagaan adat(Ihromi 1975).
·
Peran – peran wanita pada
masyarakat ini tidak hanya menyangkut garis keturunan namun juga kelanjutan
kelompok keluarga dari segala aspek termasuk mencari nafkah. (Prindivile 1980).
·
Peran gender yang pada awalnya
diterima, kemudian menimbulkan sesuatu ambivalensi karena pada kenyataannya
tidak sesuai dengan peran tradisional.
·
Pada sebagian orang,
konflik-konflik peran gender ini berusaha untuk diselesaikan, sehingga
transformasi peran genjer mulai tampak dan dapat diterima oleh masyarakat.
·
Konflik peran gender merupakan
imlikasi dari permasalahan – permasalahan kognitif, emosional, ketidaksadaran
atau perilaku yang disebabkan oleh peran – peran gender yag dipelajari pada
masyarakat yang seksis dan patriachal.
Faktor
- faktor yang berhubungan dengan konflik peran gender:
Ø Permasalahan kesehatan mental
Ø Ras, kelas sosial
Ø Tahapan kehidupan
Ø Latar belakang etnik
Penyelesaian
konflik peran gender :
- Dalam menhadapi permasalahan gender serta berbagai efek negatif,
seperti ketimpangan, ketidak adilan, seksisme dll; baik perempuan maupun laki –
laki harus berubah agar berkembang menjadi lebih fleksibel.
- Merubah
komseptualisasi tentang maskulinitas, diharapkan laki – laki mengembangkan
peran yang jauh lebih fleksibel, mendefinisikan lebih luas tentang
kepribadiannya, lebih kaya emosi serta lebih peduli dalam berhubungan dengan
perempuan, anak – anak mereka dan laki – laki yang lain.
0 komentar :
Posting Komentar