30 Sep 2012


         Klasifikasi Gangguan Tidur oleh ICSD-2
Ilmu yang mempelajari tentang tidur, sleep medicine, bisa dikatakan masih menjadi lahan baru di dalam dunia kedokteran. Keinginan untuk membuat klasifikasi gangguan tidur pertama kali diwacanakan dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Association for the Psychophysiological Study of Sleep pada tahun 1972. Sebagai tindak lanjutnya, dibentuklah Nosology Committee pada tahun 1976.
American Sleep Disorders Association bekerja sama dengan European Sleep Research Society, Japanese Society of Sleep Research dan Latin American Sleep Society menyusun klasifikasi baru yaitu International Classification of Sleep Disorders (ICSD) pada 1990. Dalam ICSD, gangguan tidur dibagi menjadi 84 jenis berdasarkan patofisiologi.
American Academy of Sleep Medicine mengadakan sebuah komite bersama untuk merevisi kembali ICSD pada 2002. Akhirnya, tersusunlah ICSD-2. Dalam ICSD-2, gangguan tidur disusutkan menjadi 8 kategori berdasarkan konsep klinis. OSAHS masuk dalam kategori 2. Berikut klasifikasi kelainan tidur berdasarkan ICSD-2:
1.      Dyssomnias
Terkait dengan total jumlah waktu tidur, dan kualitas tidur sesorang, yang terbagi beberapa macam :
·        Insomnia
Insomnia dikelompokkan menjadi:
a.       Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan berbagai stress maupun kejadian.
b.      Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat, depresi, atau stress yang hebat.
Insomnia ada tiga macam:
a.       Transient insomnia, yaitu kesulitan tidur hanya beberapa malam.
b.      Insomnia jangka pendek, yaitu kesulitan tidur yang dialami selama 2 atau 4 minggu.
c.       Insomnia kronis, yaitu kessulitan tidur yang dialami hamper setiap malam selama sebulan atau lebih. Penyebabnya arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, Parkinson.

·        Hypersomnia Primer
Gejala utamanya adalah berlebihan tidur dan pada siang hari mengalami kantuk yang berlebihan . ada beberapa jenis hypersomnia antara lain:
a.       Narcolepsy
Gangguan tidur dimana individu kesulitan untuk mengontrol atau tertidur secara tiba – tiba dalam beberapa menit atau sejam.
b.      Idiopathic hypersomnia
Gangguan oversleep pada penderita gangguan mental.
·        Breathing related sleep disorder
Seseorang mengalami kesulitan bernapas sewaktu tidur, seperti pada penderita apnea, dimana gangguan tersebut disebabkan oleh terhalangnya aliran napas.
·        Circardian Rhythm sleep disorder
Gangguan tidur karena adanya ketidaksesuaian antara jadwal tidur – bangun dengan pola tidur – bangun individu.

2.      Parasomnias
Gangguan tidur yang berhubungan dengan apa yang terjadi ketika seseorang tidur.
·        Nightmare disorder
Dalam tidur muncul mimpi buruk, yang bersifat meneror. Ketika terjaga cenderung sulit untuk kembali tidur.
·        Sleep terror disorder
Seseorang yang bangun dari tidur akan menangis atau menjerit. Biasanya sulit untuk bangun dan prosesnya berlangsung selama beberapa menit. Begitu terbangu individu bingung dan sulit untuk menyampaikan mimpinya.
·        Sleep walking disorder (Somnabolisme)
Gangguan dimana seseorang berjalan tanpa disadari sewaktu tidur, individu tersebut tidak akan berkomunikasi dan memiliki tatapan kosong.


Posted by medica chemistry On 22.14 No comments READ FULL POST

Konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya . Menurut Broadweel, 1983 konflik peran merupakan tidak adanya kesesuaian harapan peran.
Macam-macam konflik peran :
v  Konflik antarperan (inter-role conflict)
Contoh : Seorang wanita yang mempunyai peran menjadi seeorang ibu rumah tangga dan seeorang perawat.
v  Konflik dalam peran (intra-role conflict)
Disebabkan ketidakjelasan perilaku yang diharapkan dari posisi tertentu.  

Elemen konflik peran pribadi:
1.      Intersender conflict adalah konflik yang terjadi akibat perbedan persepsi tipe kepribadian.
2.      Intrasender conflict adalah  konflik akibat pelimpahan tugas diluar tanggung jawab dan wewenang
3.       Person role's conflict adalah konflik peran, tugas, wewenang yang tidak sesuai keinginan.
4.       Interroles conflict adalah konflik persaingan antar sesama.

Role Strain
Merupakan harapan – harapan yang bertentangan dalam satu peran tang sama, yang disebabkan karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda.

Konflik Peran Gender
Peran gender merupakan suatu set perilaku yan diharapkan (norma-norma) untuk laki – laki dan perempuan. Bervariasinya peran gender di antara berbagai budaya serta jangka waktu menunjukkan bahwa budaya memang membentuk peran gender kita (Myers 1996).
Konflik peran gender merupakan suatu keadaan psikologis, dimana sosialisasi peran gender memiliki konsekwensi negatif terhadap orang tesebut ataupun orang lain (O’Neil,Good dan Holmes 1995).
Kondisi yang menimbulkan konflik peran gender
·          Dominasi laki – laki pada masyarakat ini tampil dalam norma – norma yang dijalani. Laki – laki pada masyarakat ini yang membentuk kelompok kekerabatan, memiliki hak bicara dan memutuskan dalam permasyalahan adat. Peran sebagai laki laki ini disosialisasikan dengan ketat , dari orang tua kepada anak – anaknya, demikian dengan institusi – institusi yang ada, seperti kelembagaan adat(Ihromi 1975).
·          Peran – peran wanita pada masyarakat ini tidak hanya menyangkut garis keturunan namun juga kelanjutan kelompok keluarga dari segala aspek termasuk mencari nafkah. (Prindivile 1980).
·          Peran gender yang pada awalnya diterima, kemudian menimbulkan sesuatu ambivalensi karena pada kenyataannya tidak sesuai dengan peran tradisional.
·          Pada sebagian orang, konflik-konflik peran gender ini berusaha untuk diselesaikan, sehingga transformasi peran genjer mulai tampak dan dapat diterima oleh masyarakat.
·          Konflik peran gender merupakan imlikasi dari permasalahan – permasalahan kognitif, emosional, ketidaksadaran atau perilaku yang disebabkan oleh peran – peran gender yag dipelajari pada masyarakat yang seksis dan patriachal.
Faktor - faktor yang berhubungan dengan konflik peran gender:
Ø  Permasalahan kesehatan mental
Ø  Ras, kelas sosial
Ø  Tahapan kehidupan
Ø  Latar belakang etnik
Penyelesaian konflik peran gender :
-   Dalam menhadapi permasalahan gender serta berbagai efek negatif, seperti ketimpangan, ketidak adilan, seksisme dll; baik perempuan maupun laki – laki harus berubah agar berkembang menjadi lebih fleksibel.
-   Merubah komseptualisasi tentang maskulinitas, diharapkan laki – laki mengembangkan peran yang jauh lebih fleksibel, mendefinisikan lebih luas tentang kepribadiannya, lebih kaya emosi serta lebih peduli dalam berhubungan dengan perempuan, anak – anak mereka dan laki – laki yang lain.
Posted by medica chemistry On 22.11 No comments READ FULL POST

Kozier Barbara (1995) menyatakan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun luar dan bersifat stabil. Peran merupakan  suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
 Proses mempelajari perilaku
         Reinforcement-extinction : perilaku yang diterima/diharuskan
         Inhibisi : memperbaiki perilaku
         Substitusi : menggantikan perilaku dengan perilaku yang lain untuk kepuasan
         Imitasi : perilaku dari anggota sosial
         Identifikasi : internalisasi keyakinan, perilaku dan nilai dari model peran
 Biddle& Thomas (1966) dalam Sarlito, 2008 perilaku yang berkaiatan dengan peran :
         Expectation (harapan)
         Norm (norma)
         Performance (wujud perilaku)
         Evaluation (penilaian) & sanction (sanksi)
 Stres peran menurut Keliat (1992)
1.        Konflik peran, jika peran yang diminta bertentangan dengan sistem individu atau dua peran yang bertentangan satu sama yang lain.
2.        Peran yang tidak jelas, jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3.        Peran yang tidak sesuai, jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi.
4.        Peran berlebih, jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu.
 Faktor-faktor penyesuaian:
1.      Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2.      Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3.      Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
4.      Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5.   Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran
Posted by medica chemistry On 21.14 No comments READ FULL POST

28 Sep 2012


ASI yang diproduksi oleh sel pembuat ASI akan mengalir menuju muara saluran yang disebut sinus laktiferus (saluran ASI) yang berada dibawah areola (kulit berwarna lebih gelap disekitar puting).Bayi harus menyusu secara efektif agar ASI dapat keluar. Untuk melakukan hal ini, dia harus memasukkan payudara cukup banyak kedalam mulutnya agar mulutnya dapat menekan sinus laktiferus. Ini disebut pelekatan yang baik pada payudara. Bayi tidak bisa mendapatkan ASI kalau hanya menghisap puting saja.
Menyusui dengan efektif menurut WHO/UNICEF BFC, 1993 :
http://www.f-buzz.com/wp-content/uploads/2008/perlekatan.jpg

Gambar 1 :  Menunjukkan pelekatan yang tidak baik :
1.            Tampak areola yang berada diatas dan dibawah mulut bayi sama.
2.            Mulut bayi tidak terbuka lebar.
3.            Bagian bawah bibir tetap mencucu atau.dapat juga terlipat kedalam.
4.            Dagu bayi jauh dari payudara.
Jika tampak salah satu tanda diatas tadi, menunjukan pelekatan bayi buruk, dia tidak dapat menyusu secara efektif. Jika ibu merasa tidak nyaman, hal ini juga tanda dari pelekatan yang buruk.
v  Puting dan areola tidak tertarik masuk mulut bayi untuk membentuk dot.
v  Sinus laktiferus berada di luar mulut bayi
v  Lidah bayi terletak jauh didalam mulut, sehingga tidak dapat menekan Sinus laktiferus. Pelekatan bayi ini buruk. Dia hanya menghisap puting, hal ini dapat menimbulkan nyeri bagi ibu.Bayi tersebut akan sulit mendapatkan ASI atau menyusu dengan efektif.

Gambar 2 Menunjukkan pelekatan yang baik:
1.            Areola dibagian atas mulut bayi lebih banyak terlihat daripada dibawah mulut.
2.            Mulut bayi terbuka lebar.
3.            Bibir bawah bayi terputar keluar.
4.            Dagu bayi menyentuh payudara (atau hampir menyentuh).
Jika semua tanda d iatas terlihat, maka bayi melekat dengan baik. Ketika bayi melekat dengan baik,ini membuat ibu merasa nyaman dan tidak menimbulkan nyeri, dan bayi dapat menyusu dengan efektif.
v    Puting beserta areola tertarik membentuk dot panjang dari jaringan payudara didalam mulut bayi
v      Sinus laktiferus berada didalam mulut bayi
Lidah bayi menjulur kedepan, melampaui gusi bawah sehingga lidah dapat menekan sinus laktiferus dan memerah ASI keluar. Hal ini di sebut menyusu . Bayi ini melekat dengan baik dan mudah mengeluarkan ASI. Bayi ini dapat menyusu dengan efektif. Dengan kata lain mulut bayi bekerja dengan benar untuk mendapatkan ASI dan untuk menstimulasi payudara agar menghasilkan lebih banyak ASI


  Tanda bayi menyusu dengan efektif
Jika bayi melekat dengan baik, dia akan menyusu dengan baik dan mendapatkan ASI selama proses menyusui.Namun anda harus dapat memeriksanya.
Tanda bayi sedang “minum” ASI dan menyusu secara efektif adalah :
v  Bayi akan menghisap dalam, lambat terkadang berhenti sejenak. Pada waktu berhenti ini, akan lebih banyak ASI yang mengalir ke sinus laktiferus/saluran ASI.
v  Akan dapat terlihat atau terdengar bayi menelan.
v  Pipi bayi tidak tertarik kedalam melainkan terlihat menggembung selama menyusui.
v  Bayi menyelesaikan menyusu dengan melepas sendiri payudara dan terlihat puas.
Tanda bayi menemui kesulitan “minum” ASI dan tidak menyusu secara efektif adalah :
v  Ketika bayi menghisap dengan cepat.
v  Ketika bayi membuat suara mengecap.
v  Ketika pipi bayi tertarik kedalam.
v  Ketika bayi terlihat gelisah saat disusui ,dan melepaskan kemudian mencari payudara lagi.
v  Ketika bayi sering minta disusui atau menyusui dalam waktu sangat lama dan terlihat tidak puas setelah selesai disusui.
Membantu ibu memposisikan dan melekatkan bayi.Posisi berarti bagaimana ibu memegang bayinya. Jika pelekatan bayi buruk, anda dapat membantu ibu untuk memperbaiki posisi yang sesuai hingga terjadi pelekatan yang lebih baik. Jika bayi telah melekat dengan baik dan menyusu secara efektif, tidak perlu memikirkan tentang posisi yang ada.Ibu dapat merasa nyaman pada posisi apa saja – contohnya, duduk di lantai atau diatas kursi, berbaring, berdiri, atau berjalan. Bila ia merasa tidak nyaman, dia dapat menerima bantuan sandaran di punggung. Bayi pun dapat berada di posisi yang berbeda–beda, seperti dibawah lengan ibu, atau berbaring disisi ibu.
Ada empat butir utama yang berlaku sama pada semua posisi. Tubuh bayi harus :
v  Lurus, sehingga leher bayi tidak terpuntir atau menunduk maupun jauh kebelakang
v  Menghadap payudara (arahkan puting keatas, berhadapan dengan hidung bayi, ketika ia mendekati payudara)
v  Dekat dengan tubuh ibu
v  Menyangga badan bayi. Bayi muda membutuhkan penyangga bagi seluruh badannya, tidak hanya di bagian kepala dan leher. Pada bayi yang lebih tua mungkin akan menbutuhkan penyangga di bagian punggungnya walaupun ia menyusu dalam keadaan duduk.
Dua hal yang mempengaruhi aliran ASI :
1.      Bayi menyusu.
Payudara ibu yang menyusui tidak pernah benar–benar kosong. ASI akan diproduksi dan disimpan di payudara sepanjang waktu. Ketika bayi menyusu, akan dikeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin akan mengalirkan ASI melalui saluran ASI kearah puting. Para ibu terkadang menyadari ketika ASI mereka sedang mengalir.
2.      Suasana hati ibu.
Perasaan ibu mempengaruhi aliran ASI (dan hormon oksitosin)
v  Perasaan senang, seperti kebahagiaan saat menyentuh, melihat atau mendengar bayinya, atau memiliki keyakinan bahwa ASInya adalah yang terbaik; akan membantu mengalirkan ASI.
v  Perasaan tidak enak, seperti rasa khawatir tentang ASInya, penolakan terhadap bayinya, dapat mempengaruhi aliran ASI.
v  Stress yang berat dan gangguan pada keadaan darurat kadang memiliki pengaruh terhadap aliran ASI. Untungnya, aliran ASI ini hanya berhenti sementara.
v  Perlindungan, adanya tempat berteduh, dan suasana yang mendukung disekitar ibu dapat membantu ASInya untuk mengalir dengan mudah kembali.
Tenaga kesehatan dan ahli gizi dapat membantu melancarkan aliran ASI apabila :
v  Tenaga Kesehatan dan ahli gizi mendukung dan dapat membangun kepercayaaan ibu, dan
Mereka membantu ibu untuk mencari kelompok ibu lain yang dapat mendorong dan meyakinkan dirinya



Posted by medica chemistry On 23.05 No comments READ FULL POST

25 Sep 2012


  • Tujuan Percobaan
    1. Menentukan konstanta kesetimbangan distribusi iodin diantara dua pelarut
    2. Menentukan konstanta kesetimbangan konsentrasi iodin, ion iodida dan ion triiodida
  • Pendahuluan
Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Hukum kesetimbangan adalah kali konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas kiri. Masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Suatu reaksi dikatakan setimbang apabila reaksi pembentukan dan reaksi penguraian pada reaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi perubahan pada sistem tersebut (Bird. 1987).
Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan yang bereaksi membentuk produk, tetapi produkpun saling bereaksi untuk memnetuk reaktan kembali. Hal di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:
aA+bB --->cC+dD
A dan B = Reaktan
C dan D = Produk 
a, b, c, d = Koofisien rekasi

Jika laju reaksi pembentukan yaitu reaksi dari kiri ke kanan sama dengan laju rekasi kebalikan (penguraian) yaitu reaksi dari kanan kek kiri, maka reaksi dikatakan berada dalam keadaan seimbang. Sepeerti halanya dalam keseimbangan fisik, bila suatu reaksi mencapai keadaan seimbang bukan berarti reaksi rekasi pembentukan dan reaksi kebalikan berhenti sama sekali, tetapi hal ini menunjukkan bahwa laju kedua reaksi yang berlawanan tersebut telah sama (Bird. 1987).
Salah satu fakta yang penting tetntang reaksi kimia reversibel (dapat-balik). Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan seterusnya akan bereaksi satu sama lain memualai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah beberapa lama, terjadilah kesetimbangan dinamis, yaitu jumlah molekul (atau ion) dan setiap zat terurai, sama banyaknya dengan jumlah molekul yang terbentuk dalam suatu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak sama sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu tampak seakan-akan berlangsung sampai selesai (Svehla. 1990)
  • Dasar Teori
Nernst pertama kalinya memberi pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika tahun 1891, ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu. Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan (Soebagio. 2002).
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tak-dapat-campur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak bergantungpada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla. 1990).
Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut: Kd= C2/C1 atau Kd= Co/Ca dengan Kd = Koefisien distribusi, dan C1, C2, Co, dan Ca adalah konsentrasi solut pada pelarut 1,2 organik dan air (Soebagio. 2002).
Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di atas dan konsentrasi solut dalam pelarut di tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila;

    1. solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut,
    2. solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut,
    3. zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain (Soebagio. 2002)

Dalam penentuan harga tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi haruslah mengetahui hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan (Nasrudin. 2010).
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dari iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien distribusi iod dalam sistem kloroform air dapat ditentukan (Anonim. 2011).
Apabila kedua pelarut yang berbeda kepolaran dalam kelarutan dicampurkan maka mereka tidak akan bisa bercampur. Diperlukannya suatu zat perantara untuk dapat membuat pelarut berbeda kepolaran tersebut bercampur. Dalam hal ini zat antara merupakan suatu zat yang dapat bercampur dalam keadaan polar apabila dilarutkan dalam suatu pelarut polar dan juga dapat bercampur apabila dilarutkan dalam pelarut nonpolar (Syabatini. 2009).

Suatu dasar agar solut dapat terekstrak dari fasa air ke fasa organik adalah suatu solut tersebut harus menjadi tidak bermuatan (Soebagio. 2002). Iod jauh lebih dapat larut dalam larutan kalium iodida dalam air daripada dalam air, ini disebabkan oleh terbentuknya ion triiodida, I3-. Kesetimbangan berikut berlangsung dalam suatu larutan seperti ini:
 I2 + I- ___> I3
           Jika larutan itu dititrasidengan larutan natrium tiosulfat, konsentrasi iod total, sebagai I2 bebas dan I3- tak bebas, diperoleh, karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan triosulfat, sejumlah iod baru dibebaskan dari tri-iodida agar kesetimbangan tidak terganggu. Namun jika larutan dikocok dengan karbon tetra klorida, dalam mana iod saja yang dapat larut cukup banyak, maka iod bebas dalam larutan air. Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbon tetraklorida, konsentrasi ion iod bebas dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodida, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan Kesetimbangan:
 K= ([I-] x [I2])/([I3-]) (Svehla. 1990).
            Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi maka:
I3- + 2S2O32- --->3I- + S4O62-
            Selama zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai:
S2O32- + I3-  ---> S2O3I- + 2I-
              Yang mana berjalan terus menjadi:
2S2O3I- + I- ---> S4O62- + I3-
              Warna indikator muncul kembali pada 
S2O3I- + S2O32-  --->  S4O62- + I-
Reaksi berlangsung baik di bawah PH = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hypoiodos (HOI) terbentuk (Khopkar. 2007).
            Iodium, I2, sedikit larut di dalam air namun larut dalam air yang mengandung ion I-, misalnya dalam larutan KI. I2 dan I- dalam larutan air akan membentuk ion tri-iodida, I3- dan reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk reaksi :
I2(g) + I-(aq)   --->  I3-(aq)
            Kesetimbangan ini berlangsung dalam larutan air, untuk itu perlu menghitung konsentrasi-konsentrasi yang bersangkutan dalam air. Dari percobaan penentuan tetapan distribusi di atas dapat dihitung nilai Kd kemudian dengan rumus:
Kd = [I2]H2O/[I2]HCl3
Dapat dihitung konsentrasi (I2) H2O dengan persamaan [I2] H2O = Kd [I2]HCl3 dan selanjutnya dapat dihitung [I3-] H2O dan [I-] H2O
  • Alat dan Bahan
    1. Alat
      • Labu ukur 50 mL
      • Corong
      • Stirrer
      • Kertas label
      • Statif
      • Ring corong pisah
      • Botol akuades
      • Pinset
      • Buret 10 dan 5mL
      • Sendok sungu
      • Gelas beker 250mL
      • Sendok sungu
      • Gelas beker 250mL
      • Neraca analitik
      • Corong pisah 250mL
      • Gelas arloji
    2. Bahan
      • Kristal I2
      • Larutan KI 0,1 M
      • Larutan Na2S2O3 0,1 M
      • Kloroform
      • Indicator amilum
      • Akuades
  • Cara Kerja
    1. Penentuan konstanta kesetimbangan distribusi (kd) odine

25 mL kloroform

Erlenmeyer 250 mL

Dimasukkan 0,5 garm kristal I2
Diaduk larutan hingga homogen
Dipindahkan kedalam corong pisah 250 mL
Ditambahkan 25 mL akuades
Dikoconk dan didiamkan beberapa menit hingga tampak dua lapisan
Dipisahkan kedua larutan tersebut
Ditambahkan indikator amilum kedalam masing-masing larutan
Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M
Diulangi percobaan diatas dengan variasi massa kristal I2 masing-masing 1,0 dan 1,5 gram



lihat juga praktikum lainnya
Posted by medica chemistry On 21.46 No comments READ FULL POST

Follower

    Blogger news

    Blogroll

    About